Berdasarkan
pengamatan bentuk alat dan serpihan yang berhasil dikumpulkan, menurut Bambang
Sugiyanto (2011) dapat disimpulkan sementara, bahwa penghuni Ceruk Bangkai
belum mempunyai tingkat teknologi pembuatan alat yang baik dan pengenalan bahan
batuan yang belum baik, sehingga dalam proses pembuatan peralatan belum dapat
dilakukan secara maksimal.14
Selain itu juga ditemukan perhiasan dari kerang (cauri), dengan adanya perhiasan dari kerang di situs Ceruk Bangkai
memberikan gambaran bahwa penghuni Ceruk Bangkai sudah mengenal seni keindahan
yang diwujudkan dalam bentuk kalung atau gelang dari untaian perhiasan kerang.
Pada situs Ceruk Bangkai juga
ditemukan gerabah atau artefak gerabah (wadah dari tanah liat yang dibakar),
tampaknya penghuni Ceruk Bangkai mempunyai kecenderungan banyak menggunakan
wadah dalam pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari. Manusia prasejarah yang
menghuni Ceruk Bangkai sudah mempunyai keahlian dalam pembuatan gerabah atau
dapat dikatakan memiliki keahlian dalam pembuatan peralatan dan teknologi pembuatan gerabah yang cukup tinggi.
Hal ini tentunya menunjukkan, bahwa
dalam pembakaran wadah tanah liat tersebut tentunya menggunakan perapian,
karena membakar gerabah memerlukan api dengan suhu atau derajat panas yang
cukup tinggi. Selain itu keberadaan
wadah dari tanah liat bakar ini mengisyaratkan bahwa masyarakat pendukung
budaya prasejarah yang pernah tinggal di Ceruk Bangkai, sudah mempunyai
kemampuan dalam mengolah dan membuat bahan
makanan mereka yang
cukup tinggi, dengan demikian terdapat kemungkinan besar mempunyai
bentuk makanan yang cair yang memerlukan wadah dalam penyajian atau
penyimpanan.15
Kemungkinan sebagai dugaan dengan
adanya peralatan gerabah (wadah dari tanah liat yang dibakar) manusia
prasejarah penghuni Ceruk Bangkai telah melakukan
pertukaran barang dengan kelompok
manusia prasejarah lainnya di
sekitarnya, mengingat saat itu belum mengenal mata uang, maka sistem barter
memungkinkan terjadi. Bentuk pertukaran barang (barter) ini juga akan
mempengaruhi pada kemajuan teknologi dan kemampuan diantara kelompok-kelompok
manusia prasejarah yang melakukannya. Pengetahuan baru baik yang berkaitan
dengan teknologi pembuatan barang, peralatan dan teknologi pencarian bahan
makanan dan kesenian secara lambat namun pasti telah membuat perubahan yang
sangat berarti dalam kehidupan dan kebudayaan saat itu. Dengan adanya kemajuan
tersebut, sifat kemanusiaan manusia
prasejarah yang tinggal di dalam Ceruk Bangkai semakin terlihat mendekati
kesempurnaan seperti yang kita alami saat ini.16
Berdasarkan pengamatan dilapangan,
Ceruk Bangkai yang ada di kawasan Kecamatan Mantewe merupakan kawasan dari
salah satu bukit karst yang terpisah dari rangkaian perbukitan karst yang lain,
Secara umum perbukitan karst di wilayah ini, baik yang merupakan rangkaian
pegunungan atau perbukitan dan yang berdiri sendiri, berada di wilayah yang
sebagai besar merupakan rawa-rawa dan sungai.
Kondisi ini sangat mendukung pemilihan
gua-gua dan ceruk yang ada diperbukitan karst sebagai tempat tinggal huni bagi manusia prasejarah. Rawa - rawa dan sungai selain
menyediakan air untuk keperluan
hidup manusia prasejarah saat itu juga menyediakan bahan makanan alternatif
yang mengandung gizi yang
cukup tinggi bagi kelompok
manusia prasejarah penghuni gua dan ceruk. Berbai jenis ikan dan udang, serta
kerang air tawar yang dapat diambil dan ditangkap.
Pada Situs Ceruk Bangkai
tulang-belulang yang ditemukan merupakan pembuangn sisa-sisa makanan dan sisa
pembuatan alat batu, jumlah fragmen tulang yang demikian besar dan menumpuk menunjukan adanya unsur
kesengajaan pembuangan sampah sisa makanan. Sampai berakhirnya penelitian di
Ceruk Bangkai belum ditemukan tanda-tanda sisa manusia ataupun tulang belulang
manusia terutama penguburan manusia.
No comments:
Post a Comment