Masa Pra-Sejarah di Kalimantan Selatan dan Tanah Bumbu Part 13 | History Of Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Indonesia

Masa Pra-Sejarah di Kalimantan Selatan dan Tanah Bumbu  Part 13 | History Of Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Indonesia


  Puteri Kalungsu. Karena malu dengan keluarga dan Rakyat, akhirnya keraton dan kerajaan berpindah memasuki masa kerajaan Negara Daha dan diperintah oleh Raden Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan.
              Negara Daha terletak di Muara Hulak yang sekarang masih abadi dengan nama “Nagara” kawasan kecamatan yang termasuk Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Bandar pelabuhan yang digunakan oleh Negara Daha adalah Muara Bahan (Marabahan sekarang di Kabupaten Barito Kuala).   Semntara itu Puteri Kalungsu tetap berada di Negara Dipa ia memerintah dalam pengaruh yang kecil, konon kematian Puteri Kelungsu hampir bersamaan dengan waktu kematian Lambung Mangkurat.  Saat kerajaan Nagara Daha berlangsung dalam pemerintahannya jabatan Mangkubumi dijabat oleh putera dari  Arya Megatsari bernama Arya Taranggana seorang cerdik dan bijaksana.
            Sekar Sungsang alias Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan sebagai raja di Negara Daha memiliki kepercayaan Hindu dengan  aliran Syiwa (Caiwa) yang dengan bantuan Jawa berhasil merebut kekuasaan atas Negara Dipa yang rupa-rupanya beragama Budha.31   Untuk mengukuhkan kekuasaanya ia membangun Candi Laras di Margasari dengan lingga yang terbesar yang pernah ada di Kalimantan Selatan. Candi Laras tersebut di bangun diatas punden berundak-undak tiga, yang berukuran 100 x 100 x 2 meter tingkat I, 70 x 70 x 2 meter sebagai tingkat II, dan 30 x 30 x 1 meter sebagai tingkat III, Disini jelas terlihat sinkritisme zaman megalith nelolithikum dengan Syiwa Jawa Timur. Oleh Rakyat Negara Daha candi yang dibangun Maharaja Sari Kaburangan ini dikenal dengan Candi Laras.
               Zaman Negara Daha dikenal sebagai masa Syiwaisme, meskipun tidak murni, karena agama itu telah berpadu dengan unsur Agama Budha. Dari Jawa kepercayaan ini masuk ke Kalimantan yang lebih dikenal denga aliran Kalacakra. Pemujaan Batara Kala sampai  saat  ini terdapat sisa-sisanya dalam beberapa upacara adat di lingkungan tertentu pada masyarakat  di Kalimantan  Selatan seperti Manyampir Banua,
   Mamagar Banua, Mamalas Padang, Mabarasihi Sungai, Mamalas Tahun dan sebagainya.

              Candi Laras terletak berseberangan dengan Bandar Muara Rampiau yang terletak agak dihulu sedikit dari komplek candi. Pada saat pemerintahan raja-raja di Negara Daha pengaruh Jawa sangat kuat, sehingga raja disebut Raden Panji dan inkarnasi dari Arjuna. Raja pengganti selanjutnya adalah Maharaja Sukarama, namun Maharaja Sukarama tidak menguasai politik dan pemerintahan, sehingga pergolakan istana kadang muncul. Ia kembali ke zaman Budha sebagai lawan Syiwaisme, perebutan kekuasaan berlangsung terus, akhirnya golongan Hindu tampil dengan tokoh Pangeran Tumenggung yang berhasil merebut kekuasaan dengan pembunuhan Pangeran Mangkubumi yang menggantikan Sukarama. Demikian intisari sebagai Hikayat Banjar yang menerangkan tentang Kerajaan Negara Daha.
               Dalam Hikayat Banjar diceritakan, bahwa penobatan Pangeran Tumenggung sebagai raja Negara Daha terjadi dengan kejadian yang menyedihkan seperti juga terjadi atas saudaranya Pangeran Mangkubumi. Mahkota kerajaan tidak dapat dipakainya, gong dan gamelan berbunyi sumbang sedangkan senapan tidak berbunyi lagi. Pengeran Tumenggung merupakan raja terakhir dari Negara Daha. Dalam perjalanan sejarah raja-raja di Kalimantan Selatan, bila diteliti secara seksama Nampak pergantian raja-raja dari Negera Daha sampai ambang kerajaan Banjarmasin terlihat dari : (1) Sekar Sungsang atau Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan ; (2) Maharaja Sukarama atau Mertua Ratu; (3) Pangeran Mangkubumi atau Raden Mantri; (4) Pangeran Tumanggung dan (5) Raden Samudera (nantinya menjadi Raja Banjar bergelar Sultan Suriansyah setelah memeluk agama Islam dengan bantuan Kesultanan Demak, dimana melalui Khatib Dayyan sebagai penghulunya dan dijadikan patokan Tanggal 24 September 1526 sebagai hari kemenangan Raden Samudera / Sultan Siriansyah dan berdirinya Kesultanan Banjar.
                 Pada situs Wikipedia (2011) mengenai profil Kabupaten Tanah Bumbu menyangkut sejarahnya, disebutkan, bahwa “Di daerah Cantung terdapat sebuah lesung batu (yoni) yang menunjukkan adanya pengaruh agama Hindu memasuki wilayah ini pada jaman dahulu kala”, tetapi situs tersebut tidak menjelaskan dari mana, kapan dan bagaimana seluk-beluk ditemukannya lesung batu yang mirip yoni tersebut berasal.31
                Namun hal ini satu aset berharga jika sumber yang menyatakan demikian benar. Satu hal yang harus dipertanyakan jika temuan ini memang yoni tentunya sebuah aset tambahan, bahwa di Cantung (yang saat ini masuk Kabupaten Kotabaru) dulunya merupakan wilayah bagian Kerajaan Tanah Bumbu sebelumnya telah ada pengaruh Hindu, namun yang belum jelas apakah situs batu berupa lesung yang disebutkan sebagai yoni tersebut apakah sudah menjadi bagian situs cagar budaya ataupun telah menjadi benda koleksi Museum Negeri lambung Mangkurat di Banjarbaru. Hal ini tentunya perlu kepastian jika ada rekomendasi dari hasil penelitian Balai Arkeologi.

No comments:

Post a Comment

Remedial Matematika Wajib Kelas x dan Matematika Peminatan Kelas XI

Untuk Kelas X (Berkelompok Max 4 Orang) *Buat Video Durasi Minimal 5 Menit berisi Nyanyian/Yel-yel Tentang Rumus Trigonometri: #A...