Masa Pra-Sejarah di Kalimantan Selatan dan Tanah Bumbu
Dari tujuh desa diatas, yang sudah disurvei
adalah kawasan karst yang ada di Desa Mantewe, Desa Rejosari dan Dukuhrejo.
Sementara itu ada satu gugus karst diperbatasan Desa Suka Damai dan Desa
Bulurejo yang telah dikunjungi Tim Survei, yaitu situs Gua Payung (nama lokal
adalah Gua Batu Tanjak). Di Desa Mantewe
terdapat situs Gua Sugung yang potensial sebagai hunian prasejarah. Di
Desa Rejosari terdapat situs Gua Meratus dan di Desa Dukuhrejo terdapat gugus
karst Bukit Bangkai dengan situs utama adalah Ceruk Bangkai.12
2. Situs Ceruk Bangkai di Desa Dukuhrejo
Tim
peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin (2011) memfokuskan penelitiannya
untuk mengetahui potensi prasejarah yang ada di Bukit Bangkai. Lokasi
penelitian utama adalah Ceruk Bangkai. Nama Bangkai tersebut oleh Tim Peneliti
dalam Bambang Sugiyanto (2011) disebutkan “Nama Bangkai ini sebenarnya berasal dari kata lokal buangkei yang artinya kera, yang kemudian menjadi kata bangkai dan
digunakan sebagai nama situs”. 13
Sebagai salah satu ceruk payung yang mempunyai morfologis sangat layak
huni dengan syarat lokasi hunian yang terpenuhi semua. Ceruk Bangkai atau yang
nantinya akan sering disebut dengan Gua Bangkai, Ceruk payung ini disebut juga
oleh penduduk dengan Liang Bangkai yang ada di Desa Dukuhrejo. Berdasarkan analisis
temuan dari hasil penelitian prasejarah pada situs Ceruk Bangkai di Desa
Dukuhrejo Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010 membuktikan, bahwa
situs tersebut memang pernah digunakan oleh sekelompok manusia prasejarah pada
masa lampau. Bukti temuan artefak dan non-artefak yang dikumpulkan dari enam
kotak uji ekskavasi. Penelitian ini menggunakan metode ekskavasi (Penggalian),
secara morfologis, keadaaan Ceruk Bangkai merupakan sebuah ceruk yang mempunyai ukuran cukup besar dengan
sumber air bersih yang di dalamnya, sangat memenuhi persyaratan gua hunian
manusia, sehingga wajarlah dijadikan sebagai tempat tinggal bagai kelompok
manusia prasejarah.
Tampaknya budaya yang
berkembang di situs ini mempunyai hubungan yang erat dengan budaya serupa yang
sebelumnya diketahui pernah ada di Gua Sugung dan Gua Payung (Gua Sugung dan
Gua Payung pernah diteliti pada tahun 2006 dan 2008 oleh Balai Arkeologi
Banjarmasin). Artefak yang berhasil
ditemukan terdiri atas : serpihan batu yang berupa alat batu dan tatal,
perhiasan dari kerang, serta fragmen gerabah baik yang polos maupun yang
mempunyai pola hias tertentu. Sampai
hari terakhir penelitian belum menemukan adanya alat dari tulang atau kerang
yang biasanya banyak ditemukan pada situs- situs gua hunian lain yang ada di
Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Artefak yang paling dominan pada
situs Ceruk Bangkai adalah serpihan batu, secara umum serpihan batu yang banyak
ini menunjukkan kegiatan pembuatan alat batu yang sangat intensif pada masa
penghunian ceruk ini. Tampaknya kekayaan sumber bahan batuan ini belum dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh pendukung budaya prasejarah disitus ini. Ketika kegiatan penelitian tahun 2008 yang
lalu telah dilakukan pembuatan jalan dan pemerataan tanah di depan Ceruk
Bangkai, tim peneliti berhasil menemukan sebuah beliung persegi dapa permukaan
tanah di depan Ceruk Bangkai, hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan yang
berkembang pada situs itu paling tidak mempunyai tingkat teknologi Neolitik (zaman batu muda). Sementara
serpihan batu yang beraneka ragam bentuk juga mengisyaratkan peralatan dan
teknologi Mesolitik (zaman batu
tengah) yang cukup maju dengan bukti pemilihan batuan yang cukup bagus (batu
rijang yang paling utama).
No comments:
Post a Comment